Selasa, 19 Mei 2009

laporan lengkap ikhtiologi

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

Oleh:

ARMANSYA

E 271 07 024


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2008
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Ikhtiologi

Nama : Armansya

Stambuk : E 271 07 024

Kelompok : III (Tiga)

Program studi : Budidaya Perairan

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

Universitas : Tadulako

Palu, April 2008

Mengetahui Menyetujui

Koordinator Mata kuliah Asisten Penanggung jawab

. Ir Novalina Serdiati ,M.Si. Muslimin

Nip. 131 872 566 Nim. E 271 05 026


KATA PENGANTAR

Puji syukur dan rasa terima kasih, penulis mengucapkan kepada ALLAH SWT. Tuhan yang maha kuasa karena atas rahmat dan hidaya-nya sehingga laporan peraktek iktiologi ini dapat dibuat dengan tepat waktu.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum sepenuhnya memenuhi syarat walaupun sudah diusahakan semaksimal mungkin untuk menyempurnakannya. Untuk itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan keritik yang bersifat membangun baik dari sipembaca maupun masyarakat umum.

Penulis sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya. Untuk mencapai kesempurnaan penulis mengharapkan keritik dan saran dari semua pihak demi menambah wawasan tentang penulisan laporan peraktikum seperti ini.

Demikian laporan ini disusun, semoga kiranya dapat bermanfaat kita semua, dan muda-mudahan kita semua akan selalu tetap dalam lindungan Allah SWT, “Amin”.

Palu, Mei 2008

Penulis

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari Morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.

Morfologi adalah berarti mencakup tentang bentuk tubuh dan organ tubuh bagian luar pada suatu organisme. Pada bentuk tubuh ikan dibedakan menjadi dau macam yaitu simetris bilateral dan non simetris bilateral. Simetris bilateral adalah bila ikan dibelah menjadi dua bagian yang sama pada bagian tengahnya, kedua sisi letak, bentuk maupun ukurannya sama persis. Sedangkan non simetris

bilateral adalah kedua sisi lateralnya bentuk yang berbeda atau tidak sama.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum morfologi ikan ini bertujuan untuk mengenal bentuk tubuh dan bentuk organ luar ikan, mengenal sistem yang berhubungan dengan drivate kulit dan warna pada ikan., mempelajari bagian-bagian tubuh dan menghitung jumlah dari karakter tertentu bagian tubuh ikan. Sedangkan kegunaan dari peraktikum ini adalah peraktikan dapat mengenal bentuk tubuh ikan, organ, dan otot.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Secara garis besar tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, batang tubuh dan ekor. Pada tubuh ikan yaitu berbentuk simetri, yaitu terdiri atas dua belahan yang sama, apabila tubuh dibela dua menjadi dua belahan yang sama, dari kepala ke sampai ekor dengan arah punggung perut. Pada ujung depan terdapat mulut, ditas mulut terdapat cekung hidung yang sebelah-menyeblah, pada bagian kepala terdapat sepasang mata, tutup insang. Pada tubuh ikan tertutup oleh selaput tipis yang tembus oleh sinar, kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir yang berfungsi untuk menghindarkan goresan pada saat ikan berenang dengan cepat. Ikan mempunyai sejumlah sirip, sirip yang berpasangan adalah untuk gerak maju mundur terdapat pada sirip dada dan sirip perut. Sirip tunggal adalah untuk keseimbangan, misalnya sirip punggung dan sirip belakang. Sedangkan sirip belakang terdapat lubang anus (Mahardono, 1979)

Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut. Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang subterminal sedangkan ikan- ikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada rongga mulut bagian dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan moncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel, (Lerman, M. 1986).

Menurut Moyle& Cech. (1988) bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan dari sejak larva sampai dewasa misal dari bentuk bilateral simetris pada saat masih larva berubah menjadi asimetris pada saat dewasa. Bentuk tubuh ikan merupakan suatu adaptasi terhadap lingkungan hidupnya atau merupakan pola tingkah laku yang khusus. Secara umum, ikan dikatergorikan kedalam enam kelompok yaitu :

  1. Rover-predator (predator aktif)
  2. lie-in-wait predator (predator tak aktif)
  3. Surface-oriented fish (ikan pelagik)
  4. Bottom fish (ikan demersal)
  5. Ikan bertubuh besar, dan
  6. Ikan semacam belut

Menurut Hardanto, (1979). Jenis ikan dapat digolongkan menjadi tujuh kelompok menurut jenis makanannya, walaupun harus juga diingat bahwa beberapa jenis pola makannya berubah sesuai dengan perubahan umur, musim dan ketersediaan makanan. Perbedaan golongan ikan menurut jenis makanannya ini berkaitan antara satu golongan dengan golongan lain. Penggolongan berdasarkan jenis makanannya

yaitu :

a. Herbivora. Ikan golongan ini makanan utamanya berasal dari bahan-bahan nabati misalnya ikan tawes (Puntius javanucus), ikan nila (Osteochilus hasseli), ikan bandeng (Chanos chanos).

b. Karnivora. Ikan golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani misalnya ikan belut (Monopterus albus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcarifer).

c. Omnivora. Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari bahan-bahan nabati dan hewani, namun lebih menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang tersedia misalnya ikan mujair (Tilapia mossambica), ikan mas (Ciprinus carpio), ikan gurami (Ospronemus goramy).

d. Pemakan plankton. Ikan golongan ini sepanjang hidupnya selalu memakan plankton, baik fitoplankton atau zooplankton misalnya ikan terbang (Exocoetus volitans), ikan cucut (Rhinodon typicus).

e. Pemakan detritus. Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari sisa-sisa hancuran bahan organik yang telah membusuk dalam air, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan misalnya ikan bandeng (Chanos chanos)

Bentuk tubuh ikan bandeng (Chanos chanos) berbentuk fusnform, bentuk mulutnya dapat disembulkan ini menunjukan bahwa ikan banding adalah jenis ikan herbivore dimana jenis ikan ini makanan utamanya berasal dari nabati. Dengan posisi superior dan tidak mempunyai sungut. Bentuk kepalanya relative lancip (Rahdianto, 1994).
Pada
ikan bandeng (Chanos chanos), gurat sisi (linea lateralis) merupakan garis yang terbentuk oleh adanya pori-pori yang trsusun secara teratur pada tubuh ikan. Didalam gurat sisis (LL) terdapat ujung-ujung saraf neromas yang berfungsi mendeteksi lingkungan sekitar, (Tjitrosoepomo, 1994)


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi mengenai morfologi ikan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2008, praktikum ini dimulai pada pukul 13.30 WITA sampai selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas

Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi mengenai morfologi ikan adalah alat tulis menulis, pingset, dan baki preparat, luv, dan gunting. Sedangkan

bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan bandeng (Chanos chanos).

3.3 Cara Kerja

Sebelum kita melaksanakan praktikum, yang pertama-tama kita lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan praktikum setelah itu mengambil ikan bandeng (Chanos chanos) dan meletakkannya pada baki dengan posisi mlintang kepala ikan sebelah kiri kemudian menggambar morfologi ikan pada modul yang telah disediakan dan mengisi lembar kerja morfologi yang telah disediakan pada modul.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diemperoleh hasil sebagai berikut :

Keterangan :

A.Bagian kepala;B.Bagian badan;C.Bagian ekor.1.sirip dorsal (1a.sirip dorsal pertama;1b sirip dorsalkedua); 2.sirip ekor; 3.sirip anal;4. sirip perut;6. mulut; 7. lubang hidung; 8. operkulum; 9.preoperkulum; 10. rahang atas; 11. rahang bawah; 12. anus.

Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng (Chanos chanos)


Tabel 1. Morfologi ikan bandeng (Chanos chanos)

PARAMETER

JENIS IKAN

Chanos chanos

Bentuk tubuh

Fusnform

Bentuk mulut

Dapat disembulkan

Posisi mulut

Terminal

Mulut disembulkan (dapat / tidak)

Dapat

Sungut ( ada / tidak )

Tidak

Jika ada ( letak / jumlah )

_

Bentuk sirip ekor

Bercagak

Posisi sirip V terhadap P

Abdominal

Tipe sirip D (tunggal /ganda)

Tunggal

Kelengkapan LL

Tunggal

Sirip V (ada/tidak)

Ada

Ciri khusus

Tidak ada

Operkulum

Ada

Preoperkulum

Tidak ada

Sirip P (ada/tidak)

Ada


4.2 Pembahasan

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk tubuh dan organ dari ikan terutama bentuk tubuh dan organ luar dari ikan. bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan dari sejak larva sampai dewasa misal dari bentuk bilateral simetris pada saat masih larva berubah menjadi asimetris pada saat dewasa. Bentuk tubuh ikan merupakan suatu adaptasi terhadap lingkungan hidupnya atau merupakan pola tingkah laku yang khusus.

Bentuk tubuh ikan bandeng (Chanos chanos) berbentuk fusnform, bentuk mulutnya dapat disembulkan dengan posisi superior dan tidak mempunyai sungut. Bentuk kepalanya relative lancip, dan ikan ikan banding digolongkan kedalam jenis ikan herbivore dimana jenis makanan utamanya berasal dari nabati.

Bentuk tubuh ikan bandeng (Chanos chanos) adalah simetris, berarti terdiri atas dua belahan yang sama, apabila tubuh dibelah dua belahan yang sama, dan tubuh dibelah dua dari kepala sampai ekor dengan arah punggung perut. Pada ujung depan dari kepala terdapat mulut, diatas mulut terdapat cekung hidung, pada sebelah menyebelah kepala terdapat mata, dan diantara bagian kepala dan badan terdapat tutup insang.

Pada ikan bandeng (Chanos chanos) tidak memiliki ciri khusus, dan tidak memiliki sungut, bentuk ekor yaitu brbentuk cagak, posisi mulutnya berbentuk terminal, dan tidak memiliki preoperkulum.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah kami lakukan, kami dapat simpulkan sebagai berikut:

1. Ikan Bandeng (Chanos chanos) merupakan jenis ikan yang hidup di perairan payau, pemakan herbivora dimana nakanan utamanya berasal dari nabati, hal ini dilihat dari mulutnya yang dapat disembulkn dan tapis insangnya yang halus, dan tidak mempunyai gigi yang besar dan tajam.

2. Pada ikan bandeng (Chanos chanos), gurat sisi (linea lateralis) merupakan garis yang terbentuk oleh adanya pori-pori yang trsusun secara teratur pada tubuh ikan. Didalam gurat sisis (LL) terdapat ujung-ujung saraf neromas yang

berfungsi mendeteksi lingkungan sekitar.

5.2 Saran

Dengan melihat praktikum yang dilakukan maka saya menyarankan agar dalam praktikum berikutnya pembagian kelompok harus lebih diperbanyak lagi, sehingga semua peraktikam dapat bekerja semua dengan maksimal.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Saanin, (1968). Indonesia memiliki kekayaan ikan sangat tinggi, diperkirakan mencapai 8.500 jenis. Maka perlu dilakukan adanya penelitian atau peraktikum untuk membedakan secara lebih detail dan mendalam khususnya mengenai tentang morfometrik dan meristik, yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh ikan seperti panjang, lebar, dan tinggi tubuh ikan dan bagian-bagian tertentu dari tubuh ikan.

Pengukuran morfometrik merupakan beberapa pengukuran standar yang digunakan pada ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor. Keterangan mengenai pengukuran–pengukuran ini dibuat oleh Hubbs & Lagler (1964). Pada pengukuran ikan yang sedang mengalami pertumbuhan digunakan rasio dari panjang standar. Ikan yangdigunakan adalah ikan yang diperkirakan mempunyai ukuran dan kelamin yang sama. Hal ini disebabkan pertumbuhan ikan tidak selalu proporsional dan dimorfime seksual sering Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang penting dalam mendekripsikan jenis ikan.

Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies. Salah satu hal yang menjadi permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ciri meristik yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut, salinitas, atau ketersediaan sumber makanan yang mempengaruhi pertumbuhan larva ikan, muncul pada ikan (tetapi seingkali tidak jelas),

(http://209.85.175.104/search?q=cache:INYGHHhOvgYJ:ecourse.usu.ac.id content/biologi/ikhtiologi/textbook.pdf+morfologi+ikan+bandeng&hl=id&t=clnk&cd=8&gl=id)

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh spesies punah dalam lima genus tambahan dilaporkan pernah ada).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum Ikhtiologi mengenai morfometrik dan meristik ikan bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian tubuh dan menghitung jumlah dari karakter tertentu bagian tubuh ikan.

Kegunaan dari praktikum Ikhtiologi mengenai morfometrik dan meristik ikan adalah kita dapat membedakan ukuran tubuh dan jumlah tubuh masing-masing setiap jenis ikan, antara lain jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis, panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam mempelajari ikan bandeng salah satunya yaitu mengenal ciri-cirinya morfometrik dan meristik, morfometrik adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang, lebar, yang digunakan untuk membandingkan proposi antara ukuran bagian-bagian tubuh ikan Ikan Bandeng (Chanos chanos). Sedangkan meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah agian tubuh ikan, diantaranya jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis, (Sjafei,1989).

Menurut Effendie, (1997) cara pengukuran tubuh ikan yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan yang benar, yaitu:

  • Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga ujung ekor.

· Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor)

  • Panjang batang ekor (LCP) diukur mulai dari jari terakhir sirip dubur hingga pertengan pangkal batang ekor.
  • Panjang moncong (SNL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga pertengan garis vertikal yang menghubungkan bagian anterior mata.
  • Tinggi sirip punggung (DD) diukur mulai dari pangkal hingga ujung pada jari-jari pertama sirip punggung.
  • Diameter mata (ED) diukur mulai dari bagian anterior hingga posterior bola mata, diukur mengikuti garis horisontal.
  • Tinggi batang ekor (DCP) diukur mulai dari bagian dorsal hingga ventral pangkal ekor.
  • Tinggi badan diukur (BD) secara vertikal mulai dari pangkal jari-jari pertama sirip punggung hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut.
  • Panjang sirip dada diukur mulai dari pangkal hingga ujung jari-jari sirip dada.
  • Panjang sirip perut diukur mulai dari pangkal hingga ujung sirip perut.

Sirip-sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Macam-macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut. Bentuk sirip ekor ikan ada yang simetris, apabila lembar sirip ekor bagian dorsal sama besar dan sama bentuk dengan lembar bagian ventral, ada pula bentuk sirip ekor yang asimetris yaitu bentuk kebalikannya, (Sjafei,1989).

Menurut Mahardono, 1979. bentuk-bentuk sirip ekor yang simetris dibedakan dalam beberapa bentuk yaitu:

  • Bentuk membulat, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis melengkung dari bagian dorsal hingga ventral., contoh ikan gurame (Osphronemus gouramy)
  • Bentuk bersegi atau tegak, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak dari bagian dorsal hingga ventral, contoh ikan nila (Oreochromis niloticus)
  • Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal, apabila terdapat lekukan dangkal antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tambakan (Helostoma temminckii).
  • Bentuk bulan sabit, apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip ekor melengkung ke luar, runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung ke dalam, membuat lekukan yang dalam, contoh ikan tongkol (Squalus sp.)
  • Bentuk bercagak, apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tawes (Puntius javanicus), ikan kembung (Rastrelliger sp.)
  • Bentuk meruncing, apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing), contoh ikan belut (Monopterus albus).
  • Bentuk lanset, apbila pinggirn sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian membentuk sudut diujung, contoh ikan bloso (Glossogobius sp).

Beberapa ikan ada yang memiliki satu atau dua sirip punggung. Pada ikan bersisirp punggung tunggal, umumnya jari-jari bagian depan (1-40) tidak bersekat dan mengeras, sedangkan jari-jari dibelakangnya lunak atau bersekat dan umumnya bercabang. Pada ikan yang memiliki dua sirip punggung, bagian depannya terdiri dari duri dan yang kedua terdiri dari duri di bagian depan diikuti oleh jari-jari lunak atau bersekat umumnya bercabang. Pada beberapa famili (suku) dua sirip punggungnya mungkin bersatu atau bergabung, (Sjafei, 1989).

Pada pengukuran ikan yang menunjukan besar ataupun kecilnya ikan. Ikan dapat dikatakan besar apabila panjangnya lebih dari 10 cm, pengukuran yang dimaksud yaitu panjang yang diukur dari ujung mulut ikan sampai dengan ujung ekornya yang disebut panjang total. Berarti dibawah dari 10 cm maka ikan tersebut termasuk golongan ikan kecil, (Hardanto, 1979).

Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu sisik ganoid merupakan sisik besar dan kasar, sisik sikloid dan stenoid merupakan sisik yang kecil, tipis atau ringan hingga sisik placoid merupakan sisik yang lembut. Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan - ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. Sisik sikloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik stenoid mempunyai bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar, (Lalli, 1993)


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi mengenai ciri morfometrik dan meristik ikan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2008, praktikum ini dimulai pada pukul 13.30 WITA sampai selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium

Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi mengenai ciri morfometrik dan meristik ikan adalah mistar, lensa pembesar, pinset, baki preparat, pisau bedah, gunting.. Sedangkan bahan yang digunakan dalam

praktikum ini adalah ikan bandeng (Chanos chanos).

3.3 Cara Kerja

Sebelum kita melakukan praktikum yang pertama-tama kita lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan praktikum, setelah itu mengambil ikan bandeng (Cahanos cahanos) dan meletakkannya diatas baki preparat dengan posisi melintang . Setelah itu mengukur semua bagian tubuh ikan yang menyatakan karakter morfometrik dan manghitung jumlah bagian yang menyatakan karakter meristik. Kemudian mengisi tabel pada lembar kerja sesuai pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada ikan bandeng (Chanos cahanos), maka kami memperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Ciri morfometrik ikan bandeng (Chanos chanos)

No

BAGIAN TUBUH YANG

DIUKUR

JENIS IKAN

BANDENG

PERSENTASE

1.

Panjang total

34,3 cm

100 %

2.

Panjang garpu /cagak

28,5 cm

83 %

3.

Panjang baku

27,5 cm

80,1 %

4.

Panjang kepala

6,5 cm

18,9 %

5.

Panjang predorsal

13,5 cm

39,3 %

6.

Panjang batang ekor

5,2 cm

15,1 %

7.

Tinggi badan

7 cm

20,4 %

8.

Tinggi batang ekor

2,5 cm

7,2 %

9.

Tinggi kepala

5 cm

14,5 %

10.

Lebar kepala

3,4 cm

9.9 %

11.

Lebar badan

3,4 cm

9,9 %

12.

Panjang hidung

1,5 cm

4,3 %

13.

Panjang bagian kepala di belakang mata

3 cm

8,7 %

14.

Lebar ruang antar mata

2,8 cm

8,1 %

15.

Diameter mata

1,8 cm

5.2 %

16.

Panjang rahang atas

1,7 cm

4,9 %

17.

Panjang rahang bawah

0,7 cm

2 %

18.

Lebar bukaan mulut

2 cm

5,8 %

19.

Tinggi di bawah mata

0,6 cm

1,7 %

20.

Panjang dasar sirip punggung

3,2 cm

9,3 %

21.

Panjang dasar sirip anal

1,5 cm

4,3 %

22.

Tinggi sirip punggung

3,7 cm

10,7 %

23.

Panjang sirip dada

3,7 cm

10,7 %

24.

Panjang sirip perut

3 cm

8,7 %

Rumus proporsi B / A X 100 %

Keterangan : A. Panjang total tubuh

B. Panjang bagian tubuh yang diukur


Tabel 3. Lembar kerja ciri meristik

No

PARAMETER

JENIS IKAN



Ikan Bandeng (Chanos-chanos)

1.

Jari-jari sirip keras :

Sirip D

Sirip C

Sirip A

Sirip P

Sirip V

-

-

-

-

-

2.

Jari-jari sirip lemah :

Sirip D

Sirip C

Sirip A

Sirip P

Sirip V

13

24

7

15

11

3.

Perumesan sirip :

Sirip D

Sirip C

Sirip A

Sirip P

Sirip V

13

24

24

15

11

4.

Jumlah sisik :

Pada LL

Di bawah LL

Di atas LL

93

39

26

5.

Jumlah sisik predorsal

39

6.

Jumlah sisik pipi

-

7.

Jumlah sisik keliling badan

266

8.

Jumlah sisik batang ekor

18

9.

Jumlah tapis insang :

Bagian bawah

Bagian atas

280

204

10.

Jumlah finlet

-

4.2 Pembahasan

4.2.1 Ciri morfometrik

Pada pengamatan morfometrik ikan bandeng (Chanos chanos) maka didapatkan panjang total yang didapatkan 34,3 cm yang diukur dari ujung mult bagian atas sampai dengan ujung ekor paling belakang. Selain itu panjang cagak dn panjang baku yang masing-masing 28,5 cm dan 27,5 cm. panjang cagak dari ujung mulut sampai pangkal ekor, panjang baku yaitu panjang dari ujung mulut sampai ujung batang ekor.

Pengamatan pada morfometrik ikan dilakukan denagn pengukuran panjang, lear, dan tinggi, yang selanjutnya pada pengukuran proporsi antara ukuran bagian-bagian tubuh dengan panjang total, memiliki rumus ukuran panjang baku, panjng kepala, panjang batang ekor dan tinggi badan, panjang sirip anal berbanding terbalik dengan panjang total

dikalikan dengan 100%.

4.2.2 Meristik

Pada pengamatan meristik ikan bandeng (Chanos chanos) Ciri-ciri meristik pada ikan bandeng (Chanos chanos). Pada bagian meristik pengamatan dilakukan pada perhitunagn jumlah masing-masing bagian tubuh pada ikan, yang dihitung adalah jumlah sirip, sisik dan insang.

Sirip (jari-jari sirip keras dan jari-jari sirip lemah), sisik dan insang. Pada ikan bandeng (Chanos chanos) maka didapatkan jumlah sisik pada predorsal 39, jumlah sisik keliling badan 266, jumlah tapis insang bagian bawah 280,jumlah tapis insang bagian atas 204 dan tidak mempunyai finlen insan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil peraktikum dan pembahasan yang telah diuraikan, maka kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. pada pengamatan morfometrik ikan bandeng (Chanos chanos) maka didapatkan panjang total yang didapatkan 34,3 cm yang diukur dari ujung mult bagian atas sampai dengan ujung ekor paling belakang. Selain itu panjang cagak dn panjang baku yang masing-masing 28,5 cm dan 27,5 cm. Sedangkan pada pengamatan meristik maka didapatkan jumlah sisik pada predorsal 39, jumlah sisik keliling badan 266, jumlah tapis insang bagian bawah 280,jumlah tapis insang bagian atas 204 dan tidak mempunyai finlen insan.

2. Sirip-sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur disebut sirip tunggal atau sirip tidak

berpasangan. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan

5.2 Saran

Dengan melihat praktikum yang dilakukan maka saya menyarankan agar dalam praktikum berikutnya pembagian kelompok harus lebih diperbanyak lagi, sehingga semua peraktikam dapat bekerja semua dengan maksimal.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mempelajari tentang integumen adalah berarti mempelajari bagian tubuh yang berada pada bagian terluar. Sistem integument terdiri dari kulit dan deripat-deripatnya. Yang termasuk deripat kulit adalah sisik, jari-jari sirip, skut, keel, kelenjar lendir, dan kelenjar racun.

Seperti sisik mempunyai empat tipe yaitu :

1. Placoid yaitu sisik yang berbentuk piring dimana tiap sisik memiliki bagian yang berbentuk mangkuk kecil.

2. Rhomboic yaitu sisik yang menyerupai bentuk diamond atau jajar genjang.

3. Cycloid yaitu sisik yang memiliki garis-garis yang melingkar.

4. Ctenoid hampir sama dengan tipe cycloid tetapi memiliki duri-duri kecil pada

bagian posterior dari sisik.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum Ikhtiologi mengenai system integumen bertujuan untuk mengenal system yang berhubungan dengan derivate kulit dan warna pada ikan, termasuk jrnis-jenis sisik, lendir, dan kelenjar racun..

Sedangkan keguunaan praktikum ikhtiologi mengenai system integument ini adalah agar peraktikan dapat mengetahui jenis-jenis sisik, pola warna ikan, lendir, dan kelenjar racun.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Lerman, (1986). Sistem integument atau kulit pada hewan vertebrata secara umum hampir sama yaitu terdiri dari :

1. Epidermis (turunan dari ektoderm)

2. Dermis (turunan dari mesoderm)

Struktur kulit ikan (Pisces), yang terdiri dari epidermis dan dermis

Epidermis :

3 Tipis, lunak, tidak mengandung keratin

4 Mempunyai kelenjar mukus

5 Beberapa ikan mempunyai kelenjar racun yang berhubungan dengan sirip

Dermis :

· Terdiri dari stratum kompaktum dan spongiosum

· ikan mempunyai sisik yang berasal dari dermis

Kulit merupakan organ yang membungkus tubuh mahluk hidup. Kulit serta derivatnya memiliki fungsi yang sangat penting menyangkut perlindungan dan penyesuaian tubuh mahluk hidup terhadap kondisi luar. Kulit berfungsi sebagai protektif misalnya melindungi jaringan dibawahnya dari gangguan mekanik. Pada kulit terdapat kelenjar yang menghasilkan subtansi yang bersifat untuk mempertahankan diri, adanya pigmen pada kulit untuk melindungi diri dari sinar ultraviolet. Bulu penutup tubuh pada burung dan adanya kelenjar keringat dapat mencegah kekeringan. Cakar, kuku, telapok dan duri dapat digunakan untuk mempertahankan diri atau sebaliknya menyerang lawannya. Pada beberapa hewan akuatik seperti amphibia, ekskresi karbondioksida terjadi melalui kulit, pada hewan terestrial sisa-sisa nitrogen diekskresikan melalui kelenjar keringat. Kulit dipergunakan pula sebagai organ pernafasan terutama bagi katak yang belum dewasa. Derivat kulit dapat juga dipergunakan sebagai alat gerak, misalnya bulu pada burung, cakar untuk merayap, selaput kaki dari katak dan itik digunakan untuk berenang, (Effendie, 1997).

Kulit berfungsi juga sebagai termoregulasi, misalnya terjadi pada kelompok hewan endoterm misalnya bulu burung melindungi tubuh dari suhu panas dan dingin. Kelenjar keringat pada kulit berfungsi mengatur penguapan. Kulit berfungsi sebagai homeostasis, misalnya kulit yang bersisik pada ikan berfungsi sebagai reservoar untuk ion kalsium dan fosfat. Kelenjar yang mensekresikan klorit akan membantu pengeluaran ion klorida. Kulit pada katak dapat mengabsorbsi air dari permukaan tubuhnya, hal ini mencegah kekeringan, (Wirjoatmodjo, 1993).

Kelenjar feromon yang terdapat pada kulit dapat mensekresikan sekret yang mampu menarik hewan lain. Kulit dapat digunakan untuk menerima rangsangan dari lingkungan karena kulit merupakan tempat aliran saraf dan badan sensoris. Kulit pada vertebrata mempunyai dua lapisan utama, bagian luar adalah epidermis dan bagian dalam dermis. Dermis merupakan lapisan yang lebih tebal dari pada epidermis, (Lalli, 1993).

Kulit pada vertebrata memiliki berbagai macam warna, hal ini disebabkan karena adanya pigmen yang tersebar di epidermis, khususnya mamalia. Pada kelompok pisces dan amphibia sel penghasil butir-butir pigmen terletak diperbatasan epidermis-dermis. Di dalam kulit vertebrata terdapat lima macam kromatofora yaitu melanofora menyebabkan warna hitam, eritrofora menyebabkan warna merah, dan xantofora menyebabkan warna kuning, (Mahardono, 1979).

Di dalam dermis terdapat bahan-bahan pembentuk keping sisik ataupun keping tulang. Keping-keping sisik tersebut nantinya akan menjadi derivat dermis yaitu sisik. Sisik pada Pisces merupakan derivat dermis. Sisik terdiri dari tulang atau zat yang mirip seperti tulang misalnya dentin, ganoin, dan kosmin. Macam sisik berdasarkan struktur anatomi dan penyusunnya adalah sisik kosmoid, gaurid, plakoid, stenoid atau skleroid. Sisik plakoid umumnya sangat kecil, terdiri dari dentin yang dilapisi oleh enameloid dan tulang lamela berbentuk datar dengan spina(duri) di tengah. Duri tersusun atas dentin. Sisik ini terdapat pada ikan hiu, ikan pari, dan Elasmobranchii, (Buchar 1991).

Sisik ganoid lebih tipis terdiri dari lapisan ganoin yang terletak di sebelah luar, berkulit dan juga mengandung tulang lamela.Terdapat pada Polypterus, Chalamoichtyes dan Latimeria. Sisik sikloid memiliki tulang lamela tipis yang tembus cahaya serta berbentuk oval. Bedanya dengan sisik stenoid adalah adanya bentukan seperti sikat, (Mahardono, 1979).


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi mengenai ciri morfometrik dan meristik ikan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2008, praktikum ini dimulai pada pukul 13.30 WITA sampai selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi mengenai sistem integumen ikan adalah mikroskop, alat tulis, buku, pingset, dan baki preparat, gunting, luv. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan

bandeng (Chanos chanos)

3.3 Cara Kerja

Sebelum kita melaksanakan praktikum yang pertama kita lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan praktikum, setelah itu mengambil seekor ikan dan meletakkannya pada baki dengan posisi terlentang. Setelah itu mengambil masing-masing satu sisik bagian kepala, pertengan badan dan ekor. Kemudian mengamati sisiknya dengan mikroskop dan membuat gambar dari ketiga sisik pada lembar kerja.

Setelah itu mengamati bagian-bagian yang diduga organ beracun kemudian mengisi tabel pada lembar kerja. Kemudian mengamati dengan seksama pola warna, kemudian membuat gambar sesuai dengan pola warna yang ada.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum Ikhtiologi tentang sistem integumen dengan sampel ikan bandeng (Chanos chanos) diperoleh hasil sebagai berikut

Sisik kepala

Tipe sisik :

Sisik badan

Tipe sisik :

Sisik ekor

Tipe sisik :

Keterangan

1. Bagian posterior, 2. Sirkulus, 3. Fokus, 4. Radius, 5. Kromatofor, 6. Posterior,

7. Chiometofore

Gambar 2. Sistem inegumen (sisik) Ikan bandeng (Chanos chanos)


4.2 Pembahasan

Integumen adalah system pembalut tubuh yang terdiri dari kulit dan derivatnya-derivatnya, yang meliputi warna, lender, kulit, sisik, organ cahaya dan kelenjar racun. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis atau corium, lapisan epidermis adalah bagian dalam, sedangkan lapisan dermis adalah bagian luar. Kulit pada ikan selain sebagai pembalut tubuh juga berfungsi sebagai alat pertahanan pertama terhadap penyakit, perlindungan dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan ikan serta alat eksresi dan osmoregulasi.

Berdasarkan bentuk tipe sisik ikan bandeng (Chanos chanos) adalah cycloid yaitu sisik yang memiliki garis-garis melingkar. Warna pada ikan banding (Chanos chanos) yaitu putih perak. Kulit ikan terdiri dari dua lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam disebut dermis atau corium. Pola warna pada ikan disebabkan oleh tiga hal yaitu karena konfigurasi fisik, pgmen pembawa warna dan sel khusus yang memberi warna pada ikan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem integument atau kulit pada hewan vertebrata secara umum hampir sama yaitu terdiri dari epidermis (turunan dari ektoderm) dan dermis (turunan dari mesoderm)

2. Pola warna pada ikan disebabkan oleh tiga hal yaitu karena konfigurasi fisik,

pigmen pembawa warna dan sel khusus yang memberi warna pada ikan.

5.2 Saran

Dengan melihat praktikum yang dilakukan maka saya menyarankan agar dalam praktikum berikutnya jenis ikannya lebih beragam dan peralatan yang digunakan lebih lengkap.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otot nampak merupakan satu kesatuan tetapi sebenarnya tersusun dari kumpulan blok urat daging. Ikan memiliki susunan otot yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan vertebrata lainnya. Walaupun susunannya lebih sederhana pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging yaitu urat daging bergaris, urat daging licin, dan urat daging jantung. Selain itu otot ikan juga ada yang dibawah rangsangan otak (voluntary) . Sehingga dalam pergerakannya memerlukan energi, lain halnya dengan tulang. Nafsu, makan seekor binatang khususnya vertebrata bisa diketahui dengan pergerakannya, begitu juga pada

penyakit yang menyerangnya.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum Ikhtiologi mengenai sistem otot bertujuan untuk mengenal dan melihat bentuk otot pada beberapa bagian tubuh. Selain itu praktikum ini mempunyai kegunaan agar praktikan dapat mengenal otot-otot yang terdapat pada setiap jenis ikan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Sjafei (1989) urat daging yang terdapat di kedua sisi tubuh ikan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu epaksial dan hipaksial. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh suatu selaput yang dinamakan horizontal akletogeneous septum. Dibagian permukaan selaput ini terdapat urat daging yang menutupinya “musculus lateralis superficialis“ yang banyak mengandung lemak karena warna yang merah kehitaman.

Pada garis besar ikan mempunyai tiga macam urat daging yaitu urat daging bergaris, urat daging licin, dan urat daging jantung. Secara fungsional tipe urat daging, yaitu yang di bawah rangsangan otak (voluntary) ialah urat daging jantung. Dari penempelnya juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu urat daging yang menempel pada rangka, ialah urat daging licin dan urat daging jantung ( Hardanto, 1979).

Otot jantung adalah otot yang cara kerjanya tidak dipengaruhi oleh rangsang sedankan otot polos dan otot lurik dipengaruhi oleh rangsang, pada otot polos tidak memperlihatkan adanya garis-garis melintang dan terdapat pada sistem-sistem yang menjalankan fungsinya secara otomatis (Soewasono, 1960).

Otot merupakan pembentuk rangka. Otot berperan dalam pergerakan organ tubuh atau bagian tubuh. Kemampuan otot untuk berkontraksi disebabkan oleh adanya serabut kontraktil (Mahardono, 1979).

Otot pada ikan dibagi oleh suatu sekat horizontal menjadi otot epaksial yaitu otot yang terletak di atas sekat horizontal, dan otot hipaksialis yang terletak di bawah sekat horizontal (Fujaya, 2004).

Dalam tubuh terdapat tiga macam jaringan otot yaitu otot polos yang tidak dipengaruhi oleh rangsang, otot serat lintang involunter (tidak dipengaruhi kehendak) dan otot serat lintang volunter (dipengaruhi oleh kehendak) ( Frandson, 1983).


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi mengenai sistem otot dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2008 pada pukul 13.00 WITA sampai selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi mengenai sistem otot adalah alat tulis,baki preparat, pisau bedah, pingset, dan lensa pembesar, gunting.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan

bandeng (Chanos chanos).

3.3 Cara Kerja

Hal pertama yang dilakukan adalah mengelupas kulit terluar pada ikan bandeng (Chanos chanos), setelah terkelupas kemudian mengamati dan menggambar blok urat daging yang tampak lateral pada seluruh bagian tubuh ikan dan otot yang menunjang pergerakan sirip (dada, ventral, dorsal, anal, dan ekor). Setelah itu membelah ikan dengan melintang ( bagian badan dan ekor ) kemudian menggambarkan serta menentukan bagian badan, bagian ekor, hipaksial, epaksial, miotom, mioseptum, septum horizontal dan septum vertikal pada kedua tubuh ikan tersebut.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, kami memperoleh hasil sebagai berikut :

Keterangan :

1. epaksial ; 2. hipoksial ; 3. miotom ; 4. mioseptum ; 5. otot sirip punggung ; 6. otot sirip caudal ; 7. otot sirip anal ; 8. otot sirip ventral ; 9. otot sirip dada ; 10. flexor caudalis ; 11. aduktor caudalis ; 12. proktator dorsalis ; 13. retractor dorsalis ; 14. melinator dorsalis.

Gambar 3. Otot bagian luar ikan bandeng (Chanos chanos).

Keterangan :

A. bagian badan ; B. bagian ekor ; 1. hipaksial ; 2. epaksial ;3. miotom ; 4. mioseptum 5. septum horizontal ; 6. septum vertikal.

Gambar 4 Potongan melintang otot bagian badan dan ekor ikan bandeng (Chanos chanos).


4.2 Pembahasan

Ikan memiliki susunan otot yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan vertebrata yang lain. Walaupun susunannya lebih sederhana pada ikan juga didapatkan tiga jenis otot yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.

Bila dilihat secara keseluruhan, urat daging bergaris diseluruh tubuh ikan terdiri dari kumpulan blok urat daging. Tiap-tiap blok urat daging ini dinamakan miotom yang dilapisi oleh mioseptum. Urat daging bergaris terdapat disepanjang tubuh ikan mulai belakang kepala sampai ekor pada jaringan yang dapat dikendalikan.

Urat daging yang terdapat di kedua sisi tubuh ikan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu epaksial dan hipaksial. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh suatu selaput yang dinamakan horizontal akletogeneous septum. Dibagian permukaan selaput ini terdapat urat daging yang menutupinya “musculus lateralis superficialis“ yang banyak mengandung lemak karena warna yang merah kehitaman.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dan pembahasan yang telah kami lakukan maka kami dapat menyimpulkan :

1. Susunan otot ikan lebih sederhana jika dibandingkan dengan vertebrata lain.

2. Tiap blok urat daging terdiri dari hipaksial, epaksial, miotom, mioseptum,

septum horizontal, septum vertical.

5.2 Saran

Dengan melihat praktikum yang dilakukan maka saya menyarankan agar dalam praktikum berikutnya pembagian kelompok harus lebih diperbanyak lagi, sehingga semua peraktikam dapat bekerja semua dengan maksimal.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mempelajari sistem rangka pada makhluk hidup mempunyai fungsi yang sangat penting selain membentuk tubuh makhluk hidup, juga melindungi bagian-bagian yang paling penting pada tubuh makhluk hidup.

Pada tubuh ikan termasuk sistem rangka adalah tulang, jaringan pengikat, sisik, gigi, jari-jari sirip, dan penyokong sel. Tulang sebagai penyusun rangka banyak mengandung garam kalsium, pospor, dan magnesium. Ikan termasuk hewan vertebrata atau hewan bertulang belakang. Tulang belakang, selain sebagai penyokong utama tubuh juga berfungsi sebagai penyokong utama tubuh juga berfungsi dalam sistem saraf sehingga mempunyai peran yang sangat penting

dalam susunan rangka.

1.2 Tujuan dan Kegunaan.

Praktikum mengenai sistem rangka mempunyai tujuan untuk memudahkan memahami bagian-bagian tulang ikan, selain itu mempunyai kegunaan agar para praktikum dapat mengetahui bagian-bagian tulang atau rangka pada ikan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Buchar (1991), tulang rangka ikan terdiri dari dua macam, yaitu rangka chondrichthyes (tulang rawan) dan osteicthyes (tulang sejati). Rangka berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh dan berfungsi pula dalam pembentukan buti-butir darah merah. Berdasarkan letaknya tulang sebagai penyusun rangka dikelompokan dalam tiga bagian, yaitu tulang aksial (tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk), veskeral (lengkung insang, tulang-tulang pada bagian kepala yang tidak termasuk dalam tulang tengkorak), apendikular (rangka anggota badan seperti jari-jari sirip dan tulang sirip).

Skeleton hewan yang dibentuk oleh tulang merupakan struktur yang hidup. Tulang mempunyai vasa darah, vasa limfatik, dan nerius dan dapat menjadi sasaran penyakit, mampu memperbaiki diri dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan dengan adanya suatu stress (Pratigyo, 1984).

Kerangka tubuh ikan disebut skeleton. Sisik ikan yang mengandung zat tulang disebut pula rangka luar, rangka dari tulang-tulang disebut rajum dalam, jadi pada ikan susunan rangkanya dapat dibagi rangka luar dan rangka dalam

(Mahardono, 1979).

Skeleton terdiri atas cartilago, os atau kombinasi keduanya. Os mempunyai dua tipe yaitu os membranus dan os cartilaginous (Katsowo, 1984).


Rangka luar atau sisik ikan yang mengandung zat tulang. Sisik ikan tersusun atas zat kapur yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam tubuhnya (Soewasono, 1960).

Skeleton disebut juga kerangka tubuh. Sisik ikan yang mengandung zat tulang disebut rangka luar. Rangka ikan terdiri dari rangka luar atau disebut juga Eksoskeleton dan rangka dalam atau disebut juga Andoskeleton, (Mardono, 1979).


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi mengenai sistem rangka ikan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2008, praktikum ini dimulai pada pukul 13.30 WITA sampai selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi mengenai morfologi ikan adalah alat tulis menulis, pingset, dan baki preparat, luv, dan gunting. Sedangkan

bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan bandeng (Chanos chanos).

3.3 Cara Kerja

Sebelum kita melaksanakan praktikum, yang pertama-tama kita lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan praktikum setelah itu mengambil ikan bandeng (Chanos chanos) dan meletakkannya pada baki dengan posisi mlintang kepala ikan sebelah kiri kemudian menggambar morfologi ikan pada modul yang telah disediakan dan mengisi lembar kerja morfologi yang telah disediakan pada modul.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, kami memperoleh hasil sebagai berikut :

Keterangan :

1. Neural spine ; 2. Neural arch ; 3. Neural canal ; 4. Centrum ; 5. Hermal arch ;

6. Hermal canal ;7. Hermal spine ;8. Transverse ;9. Pieuralrib.

Gambar 5. Tulang belakang pada bagian badan dan tulang belakang pada bagian

ekor ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).

4.2 Pembahasan

Pada dasarnya tulang rangka ikan terdiri dari dua macam, yaitu rangka chondrichthyes (tulang rawan) dan osteicthyes (tulang sejati). Rangka berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh dan berfungsi pula dalam pembentukan buti-butir darah merah. Berdasarkan letaknya tulang sebagai penyusun rangka dikelompokan dalam tiga bagian, yaitu tulang aksial (tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk), veskeral (lengkung insang, tulang-tulang pada bagian kepala yang tidak termasuk dalam tulang tengkorak), apendikular (rangka anggota badan seperti jari-jari sirip dan tulang sirip).

Pada praktikum Iktiologi mengenai sistem rangka, maka diketahui bahwa ikan bandeng (Chanos chanos) tuna memiliki tulang osteicthyes, selain itu juga memiliki tulang aksial, veskeral, dan apendikular.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dan pembahasan yang telah kami lakukan, maka kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Rangka adalah struktur yang menyokong tegaknya tubuh, rangka pada ikan terdiri atas rangka luar dan rangka dalam.

2. tulang sebagai penyusun rangka banyak engandung garam kalsium, selain itu

juga mengandung pospos, magnesium dan lain-lain.

5.2 Saran

Kami selaku praktikan menyarankan agar praktek selanjutnya agar dalam pembuatan laporan diberi waktu yang agak lama dalam penyusunan laporan agar praktikan dapat membuat laporan yang lebih baik lagi


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anatomi (berasal dari bahasa Yunani νατομία anatomia, dari νατέμνειν anatemnein, yang berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup.

Pengetahuan tentang anatomi ikan dapat membantu kita dalam mengetahui proses reproduksi. Pengetahuan mengenai anatomi ikan dapat membantu kita didalam melakukan reproduksi buatan. Anatomi sangatlah erat hubungannya dengan tingkah laku, sifat dan lingkungan ikan. Pembedahan utuk melihat bagian

organ dalamnya.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum Ikhtiologi mengenai anatomi dalam bertujuan untuk memberikan metode standar untuk mengamati ciri dan sistem organ dalam ikan khususnya ikan ikan bandeng (Chanos cahanos), memberikan pengetahuan dasar secara visual mengenai bagian-bagian tubuh ikan yang berkaitan dengan organ dalam pada ikan, serta meningkatkan kemampuan memaparkan ciri morfologi dan anatomi dalam bentuk gambar dan tulisan.

Sedangkan kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui bentuk dan letak organ dalam tubuh ikan.


II TINJAUAN PUSTAKA

Organ-organ urogenital adalah organ-organ yang berfungsi dalam penyingkiran sisa hasil metabolik dan organ-organ yang berfungsi dalam reproduksi. Organ yang sangat berperan dalam ekskresi sisa hasil metabolik ialah ginjal. Ginjal berbentuk ramping dan memanjang, berwarna merah tua, terletak di atas rongga perut dan di bawah tulang punggung. Gonad ikan yang merupakan organ reproduksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu testes yang terdapat pada ikan jantan dan ovarium yang terdapat pada ikan betina. Pada tahap awal perkembangan gonad, antara testes dan ovarium tidak dapat dibedakan secara jelas (Rahardjo dan Muniarti, 1984).

Dalam pertumbuhan gonad ini dapat ditentukan ciri-ciri gonad jantan dan betina secara histologis. Gonad betina atau ovarium berbentuk bulat dan oval. Di dalam lamella terdapat septa sebagai penunjang sitoplasma lebih tebal dan terdapat beberapa nukleus. Warna gonad kekuningan dan memiliki ukuran gonad lebih besar dari gonad jantan. Sedangkan gonad jantan didomonasi jaringan ikat dan terdapat tubulus seminifer. Gonad jantan berukuran lebih kecil dan menyebar merata serta berwarna lebih putih dari gonad betina, (Agus. B. 2001).

Penentuan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan secara morfologis dan histologis. Tingkat secara morfologis dilihat dari bentuk, panjang, berat dan warna serta perkembangan gonad melalui fase perkembangan gonad, (Sjafei, 1989).

Menurut Pratigyo (1984), didalam perut ikan terdapat organ yang tampak memanjang. Organ dalam tersebut adalah gelembung renang. Gelembung renang disebut juga pnematosis, berfungsinya sebagai pengatur daya apung ikan di dalam air. Sehingga dinamakan alat hidrostatik. Pembuluh darah pada dinding gelembung renang tersebut menyerap atau mengeluarkan gas yang dipengaruhi oleh urat syaraf.

Pada ikan secara umum bernafas dengan insang. Selain alat pernafasan insang dan paru-paru beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan seperti labirin yang dapat mengambil oksigen secara langsung dari udara, insang tambahan berfungsi mengambil oksigen dari permukaan air, (Murniyati 2002).

Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan, sisa-sisa metabolisme dikeluarkan lewat anus. Pada ikan yang bertulang sejati anus terletak disebelah depan saluran genital (Mahardono, 1979).


III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Prakikum Ikhtiologi mengenai Anatomi dalam dilaksanakan pada hari Rabu pada tanggal 14 Mei 2008, pada pukul 13.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas

Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi mengenai anatomi dalam adalah alat tulis menulis, mikroskop, pingset, pisau bedah, gunting, dan baki preparat.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan

bandeng (Chanos chanos).

3.2 Cara Kerja

Hal pertama yang dilakukan sebelum dilaksanakannya praktikum adalah menyiapkan alat dan bahan praktikum. Setelah itu membedah ikan bandeng (Chanos chanos). dari arah ekor sampai kepala tanpa harus merusak organ-organ dalam pada ikan. Kemudian mengamati struktur organ-organ yang terdapat di dalamnya lalu menggambar struktur anatomi ikan tersebut mengikuti bentuk tubuh ikan pada lembar kerja yang telah disiapkan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil pengamatan anatomi pada ikan bandeng (Chanos chanos) sebagai berikut :

Keterangan :

1. otak ; 2. insang ; 3. mulut ; 4. esofagus ;5. lambung ;6. usus ; 7. anus ;8. jantung ;

9. hati ; 10. gelembung renang.

Gambar 6. Anatomi dalam ikan bandeng (Chanos chanos).
4.2 Pembahasan

Pada ikan bandeng (Chanos chanos), Di dalam rongga badannya terdapat organ-organ, yaitu ginjal, gelembung renang yang berfunfsi sebagai alat pendeteksi ikan pada posisi kedalaman air , yang terletak disebelah ventral, gelembung renang, disampuing itu terdapat limfa (lien), organ ini sukar terlihat karena kadang kadang terbungkus oleh lemak dan hati di antara usus. Dan terdapat saluran pencernaan, hati dan kantomng empedu.

Pada organ dalam ikan bandeng (Chanos chanos) terdapat organ yang tampak memanjang yang berfungsi untuk mengatur daya apung di dalam air selain itu organ ini juga disebut alat hidrostatik karena dapat menyerap atau mengeluarkan gas yang dipengaruhi oleh urat syaraf. Penelitian terhadap anatomi dalam pada ikan ditujukan juga untuk dunia pengetahuan khususnya pada ikan yang nantinya berguna dalam rangka

Fungsi lambung ikan bandeng (Chanos chanos) adalah menyimpan makanan dalam jumlah yang sangat besar setelah hewan selesai makan, mengaduk makanan dengan sekresi (getah lambung), dan pengosongan lambung, dan memasukan isinya kedalam usus.

Panjang usus pada ikan bandeng yang kami peroleh yaitu 334 cm, maka dapat disimpulkan bahwa ikan tersebut menunjukan ikan herbivora atau ikan yang sumber makannya berasal dari tumbuh-tumbuhan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan praktikum yang telah kami lakukan, maka kami dapat menyimpulkan :

1. Organ dalam ikan bandeng (Chanos chanos) adalah otak, insang, mulut, lambung, usus, anus, jantung, hati gelembung renang, esofagus.

2. alat pencernaan pada ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu gig, lambung, usus. Alat pernapasannya insang. Alat peredaran darahnya yaitu jantung, dan

pembulu darah .

5.2 Saran

Dengan melihat praktikum yang dilakukan maka saya menyarankan agar dalam praktikum berikutnya jenis ikannya lebih beragam dan peralatan yang digunakan lebih lengkap.


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan adalah hewan yang hidup di air, berdarah dingin, sebagian besar bernapas dengan insang, dan ada pula ikan yang bernafas dengan paru-paru. Ikan juga memiliki alat pencernaan yang berbeda-beda, itu disebabkan adanya jenis makanan dan adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada alat pencernaan ikan terdiri dari 2 bagian yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Pada saluran pencernaan yaitu lambung dan usus, terdapat perbedaan antara lambung dan usus karnivora dengan herbivora.

Pada sistem peredaran darah ikan hanya satu jalur aliran, dimana darah mengalir dari jantung ke insang lalu keseluruh tubuh dan kembali lagi pada

jantung dan peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikun ini bertujuan untuk mengamati organ yang berhubungan dengan sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah.

Kegunaan praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui apa-apa saja alat pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah ikan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Fujaya, (2004). Langkah proses pencernaan makanan pada ikan dimulai dari mulut dan rongga mulut, kemudian makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva, selanjutnya disalurkan melalui faring dan esophagus, Pencernaan di lambung dan usus halus, dalam usus halus diubah menjadi asaam-asam amino, monosakarida, gliserida dan unsur-unsur dasarnya yang lain, absorbsi air dalam usus besar: akibatnya isi yang tidak dicerna menjadi setengah padat (veses), kemudian veses dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada) kemudian ke anus.

Dalam mulut terdapat kelenjar-kelenjar mucus, berfungsi untuk menghasilkan mucus sebagai pembasah dan pelicin makanan. Alat mulut terdiri dari palatum keras dan lunak, diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Palatum keras adalah membran mukosa yang melekat pada jaringan tulang, sedangkan palatum lunak mempunyai pusat otot rangka, fungsi mulut adalah sebagai penerima makanan. Organ-organ didalam rongga mulut antara lain: gigi, lidah, dan kelenjar ludah, (Murniyati, 2002).

Pada peredaran darah ikan merupakan peredaran darah tunggal, yang artinya darah hanya satu kali mengalir melalui jantung. Darah masuk ke jantung melalui pembuluh balik yang di tampung dalam satu tempat yang disebut sinus venosus, kemudian darah masuk kedalam serambi dan bilik selanjutnya dipompa oleh bonggol arteri dan menuju ke lengkung insang, maka selanjutnya akan terjadi pertukaran gas O2. Kemudian darah mengalir kembali ke jantung malalui vena. (Mahardono , 1979).

Ada beberapa ikan dapat mengambil hawa dari udara karena mempunyai alat pernapasan bantuan selain insang yang disebut labyrint yang bekerja seperti paru-paru, jenis ikan ini bila berada diluar air tidak segera mati, ( Achjar, 1986 ).

Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan, tempat pembuangan sisa metabolisme pada ikan bertulang sejati, anusnya terletak disebelah depan saluran genital (Mahardono , 1979).

Menurut Pratigyo (1984). Didalam perut ikan terdapat organ yang tampak memanjang yang disebut gelembung renang, yang berfungsi sebagai pengatur daya apung ikan di dalam air. Alat tersebut dinamakan alat hidrostatik. Pembuluh darah pada dinding gelembung renang tersebut menyerap atau mengeluarkan gas yang dipengaruhi oleh urat syaraf.


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Prakikum Ikhtiologi mengenai sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah dilaksanakan pada hari Rabu pada tanggal 14 Mei 2008 pada pukul 13.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan,

Fakultas pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi mengenai sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah ikan yaitu alat bedah, baki, mistar, gunting, pingset dan alat tulis menulis.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan

bandeng (Chanos chanos).

3.2 Cara Kerja

Setelah ikan bandeng (Chanos chanos) tersebut dibedah kemudian mengamati bagian lambung dan usus lalu mengukur panjang usus dan membandingkan dengan panjang tubuh (panjang total). Setelah itu mengambil insang dan menghitung jumlah tapis insang, dan mengamati jantung serta strukturnya dan bagian-bagiannya kemudian menggambar pada lembar kerja.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, kami memperoleh hasil sebagai berikut :

Keterangan :

1. Lambung 2. Pilorus 3. usus 4. esopagus 5. Pilorus caeca 6. Saluran air empedu 7. Anus

Gambar 7. Lambung dan usus ikan dan organ – organ lainnya jenis Ikan

Bandeng (Chanos chanos).


Tabel 4. Lembar kerja sistem pencernaan ikan Bandeng (Chanos chanos).

Tipe organ pencernaan

Panjang

Rasio

Gigi

Lambung

usus

Tubuh(A)

Usus (B)

A/B X 100 %

Vilivorm

Pendek

Panjang

28 cm

334 cm

8,38 cm

Keterangan :

1. Tapis insang ; 2. Lengkung insang ; 3. Filmen insang

Gambar 8 Insang dari jenis ikan Bandeng (Chanos chanos).


Tabel 5. Lembar kerja sistem pernapasan

Jumlah lembar insang

Jumlah filamen insang

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

4

4

280

280

Keterangan :

1. Sinus venosus ; 2. Atrium ; 3 . Ventrikel ; 4. Conus anterior ;5. Balbus anterior

6. Aorta ventralis

Gambar 9. Jantung dari ikan Bandeng (Chanos chanos).


4.2 Pembahasan

4.2.1 Sistem Pencernaan

Langkah-langkah proses pencernaan makanan pada ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu :

· Pencernaan di mulut dan rongga mulut: makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva

· Disalurkan melalui faring dan esophagus

· Pencernaan di lambung dan usus halus: dalam usus halus diubah menjadi asaam-asam amino, monosakarida, gliserida dan unsure-unsur dasarnya yang lain.

· Absorbsi air dalam usus besar: akibatnya isi yang tidak dicerna menjadi setengah padat (veses).

· Veses dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada) kemudian ke anus.

Sistem pencernaan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis makanannya. Menurut bentuknya gigi ikan digolongkan pada beberapa bentuk yaitu Villiform, Conical, Cannine, Maliform, Incisor, Fuse beak.

Lambung dan usus ikan biasanya memiliki variasi bentuk dan ukuran yang merupakan akibat dari adaptasi morfologi dan struktural terhadap kebiasaan makanan. Pada ikan bandeng (Chanos chanos) memiliki lambung yang pendek, sedangkan ususnya lebih panjang dari ukuran tubuhnya yaitu mencapai 334 cm, ini menunjukan ikan tersebut adalah jenis ikan herbivora. Pada ikan karnivora memiliki lambung yang agak besar dan memanjang, sedangkan ususnya lebih pendek dan pada ikan omnivora memiliki lambung yang menyerupai kantong yang besar mirip dengan lambung manusia. Pada ikan yellowfin tuna memiliki gigi villiform dan mempunyai lambung yang

besar. Jadi ikan yellowfin tuna termasuk ikan herbivora.

4.2.2 Sistem Pernapasan

Alat pernapasan utama pada ikan adalah insang, walaupun ada jenis ikan tertentu yang bernafas menggunakan paru-paru seperti lungfish. Selain insang dan paru-paru beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan antara lain labirin.

Pada ikan ikan bandeng (Chanos chanos) alat pernapasannya berupa insang terdiri atas beberapa 4 lembar, masing-masing lembar insang terdiri dari tiga bagian yaitu lengkung insang, filamen insang dan tapis insang. Bagian yang berperan dalam pengikatan oksigen dari air adalah filamen insang sehingga filamen insang dilengkapi dengan kapiler-kapiler darah. Pada ikan bandeng (Chanos chanos) memiliki lembar insang yang halus dan rapat, ini menunjukan bahwa ikan tersebut adalah

jenis ikan pemakan tumbu-tumbuhan (herbivora)

4.2.3 Sistem Peredaran Darah

Sistem peredaran darah ikan badeng (Chanos chanos) disebut peredaran darah tunggal. Dimana darah mengalir dari jantung ke insang kemudian keseluruh tubuh dan akhirnya kembali kejantung. Peredaran darah berfungsi dalam pengangkutan oksigen hasil respirasi, pengangkutan sisa metabolisme. Jantung ikan terdapat suatu ruang tambahan yang disebut sinus venosus, yang berfungsi sebagai penampung darah dari vena hapaticusserta mengirimkannya keatrium terdapat katub sinatrial. Darah kemudian dikirim kembali ke ventrikel untuk mencegah darah tersebut kembali ke atrium.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dan pembahasan yang telah kita lakukan, maka kami dapat menyimpulkan :

1. Alat pencernaan ikan terdiri dari dua bagian yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.

2. Alat pernapasan ikan pada umumnya insang. Ada pula jenis ikan tertentu yang bernafas menggunakan paru-paru seperti lungfish. Selain insang dan paru-paru beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan berupa labirin.

3. Sistem peredaran darah ikan adalah peredaran darah tunggal.

5.2 Saran

Dengan melihat praktikum yang dilakukan maka saya menyarankan agar dalam praktikum berikutnya pembagian kelompok harus lebih diperbanyak lagi, sehingga semua peraktikam dapat bekerja semua dengan maksimal.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem identifikasi adalah suatu proses pencarian dari suatu sistem yang tidak diketahui karakteristiknya, yang meliputi ciri taksonomi individu yang beraneka ragam dan memasukannya dalam suatu takson.

Dengan banyaknya ragam ikan yang ada di perairan indonesia, baik ikan jenis herbivora, omnivora, maupun karnifora. Untuk membedakan jenis-jenis tersebut maka sangatlah perlu diadakan pengamatan atau penelitian khususnya pada klasifikasi dan identifikasi ikan. Maka dengan demikian kita dapat dengan mudah menggolongkan ikan tersebut masuk ke dalam klasifikasinya, ini semua harus didasari dengan buku kunci identifikasi ikan yang mutlak diperlukan.

Buku kunci identifikasi sangat banyak istilah-istilah asing di dalamnya, demi kelancaran pengidentifikasian maka sangatlah penting untuk memahami istilah-istilah tersebut. Identifikasi ikan didasarkan atas morfometrik dan meristik yang dilakukan

sesuai dengan petunjuk identifikasi.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum Ikhtiologi mengenai identifikasi bertujuan agar praktikan dapat mengidentifikasi ikan dan mengolongkannya ke dalam golongannya.

Selain itu berguna untuk mempermudah praktikan dalam mempelajari dan mengamati spesies ikan.


TINJAUAN PUSTAKA

Ada beberapa point dalam identifikasi ikan, diantaranya, ukuran tubuh, bentuk, warna, posisi dan tinggi sirip dorsal, bentuk tubuh dan bentuk kepala, bentuk semburan, bentuk dan tanda pada ekor dan tingkah laku dipermukaan air Menurut (Effendie, 1997).

Efendie (1997), menyatakan bahwa ikan apabila ditinjau dari morfologinya dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linnea lateralis, sirip, sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh lainnya, ikan dapat dibagi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (caudal).

Menurut Saanin, (1968). Teknik identifikasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :

1. Teknik visual, yakni pengamatan langsung di alam. Teknik visual ini memperhatikan warna, bentuk koloni. Cara visual ini lebih mudah untuk spesies ikan tertentu, namun tidak dapat diterapkan pada semua spesies ikan. Identifikasi ikan ke tingkat spesies biasanya membutuhkan alat bantu mikroskop untuk melihat bagian-bagian koralit dari rangka terkecilnya. Pengamatan secara langsung ini bisa gunakan bagi peneliti yang telah berpengalaman.

2. Teknik menelaah rangka. Teknik ini memperhatikan bentuk rangka pada ikan yang telah mati. Untuk dapat menerapkan teknik ini, kita terlebih dahulu harus memahami bagian-bagian dari rangka ikan. Bagian-bagian dari rangka ikan yang perlu diperhatikan antara lain ialah bentuk koloni, bentuk koralit dan bagian-bagian koralit lainnya.

3. Pengamatan pada bentuk pertumbuhan ikan. Cara ini sangat mudah dan cepat dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan ikan.

4. Teknik analisa DNA. Teknik ini berskala laboratorium dan masih jarang dilakukan oleh peneliti. Teknik ini diperlukan untuk kasus-kasus tertentu, dimana kita mengalami kesulitan menentukan spesies dari suatu ikan. Untuk membuktikan bahwa mereka masih tergolong satu spesies, diperlukan analisa pada DNA.

Menurut Sarwono (1985). Ikan bandeng (Chanos chanos) tersebar di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.

Sirip dorsal merupakan struktur tulang rawan yang terletak pada bagian atas dari cetacea. Tidak terdapat susunan tulang yang menopang bagian tersebut. Ukuran dan bentuk dari sirip dorsal tersebut berbeda tiap spesiesnya, dalam pengklasifikasian ikan pengamatan sirip snagat membantu, sirip dorsal berfungsi sebagai alat penstabil

gerakan sewaktu berenang. Seperti halnya ekor dan sirip pectoral, sirip dorsal juga

berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh (Lalli, 1993).


III. METODE PRAKTIKUM

5.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi mengenai identifikasi dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2008 pada pukul 11.30 WITA sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

5.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum Ikhtiologi mengenai identifikasi adalah alat tulis menulis, buku kunci identifikasi. Sedangkan bahan yang

kita gunakan adalah ikan bandeng (Chanos chanos).

5.3 Cara Kerja

Memilih salah satu buku kunci identifikasi dan satu ekor ikan bandeng (Chanos chanos), kemudian mempelajari ciri-ciri ikan dengan menggunakan kunci identifikasi dan mengamati ikan, serta menyiapkan data karakter morfologis dan meristik ikan yang diidentifikasi. Kemudian membuat daftar pada lembar kerja I dan II sesuai urutan nomor dalam kunci identifikasi.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, kami memperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Identifikasi ikan bandeng (Chanos chanos)

No.1

Rangka terdiri dari tulang benar, insang tertutup

Subclass Teleostei

No.3

No.3

Kepala simetris

No.4

No.4

Badan tidak seperti ular

No.6

No.6

Badan bersisik atau kadang-kadang seluruhnya atau sebagian tertutup oleh kelopak-kelopak tebal

No.7

No.7

Garis rusuk jika ada, di atas sirip dada

No.9

No.9

Tidak demikian

No.10

No.10

Sirip punggung terdiri dari jari-jari lemah yang berbuku-buku atau berbelah dengan sebanyak banyaknya 2 atau 4 jari-jari keras.

No.11

No.11

Sirip perut jauh kebelakang dimuka dubur

No.14

No.14

Bersisik tidak bersengut, tidak berjari-jari keras, pada sirip punggung (ordo : Malacopterygi)

No.77

No77

Bergaris rusuk.

No.78

No.78

Tidak bertulang dagu.

No.79

No.79

Kepala tidak bersisik, perut tidak tipis, dan bergigi atau tidak.

No.80

No.80

Tidak bergigi.

No.83

No 83

Sirip dubur jauh di belakang sirip punggung. (famili :chanidae).

No.1039

No.1039

Sirip ekor panjang dan bercagak, keping sebelah lebih panjang. (genus : chanos)

No.1040

No.1040

Nama indo : bandang, bandeng, bolu, muloh, ikan agam (chanos chanos).


Tabel 2. Klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos).

Kelas : Pisces

Subklas : Teleostei

Ordo : Malacopterygii

Famili : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

4.2 Pembahasan

Dalam peraktikan tentang identifikasi kami lakukan dengan bantuan kunci identifikasi ikan. Adapun cara penggunaannya, pada setiap nomor terdapat dua alternatif. Identifikasi harus memilih salah satu alternatif yang sesuai dengan ciri spesimen ikan. Jika sesuai maka dapat diteruskan ke nomor disebelah kanan, namun jika alternatif pertama tak sesuai maka pindah pada alternatif dua, dan begitu seterusnya.

Menggunakan kunci identifikasi, sangat membantu sehingga kita dapat dengan mudah menemukan berturut-turut kelas, subkelas, ordo, subordo, famili, subfamili, genus dan spesies.

Telah dikemukakan oleh Effendie, (1997) tentang beberapa point dalam identifikasi ikan, diantaranya, ukuran tubuh, bentuk, warna, posisi dan tinggi sirip dorsal, bentuk tubuh dan bentuk kepala, bentuk semburan, bentuk dan tanda pada ekor dan tingkah laku dipermukaan air. Ikan bandeng (Chanos chanos) termasuk ikan yang bentuk tubuhnya fusnform, bentuk mulut dapat disembulkan, posisi mulut terminl, bentuk sirip ekor bercagak, dan tidak memiliki cirri khusus.

Dari hasil praktikum mengenai identifikasi ikan bandeng (Chanos chaos) Famili : Chanidae, Genus : Chanos, Subkelas : Teleostei, Ordo : Malacopterygii. Ini didapatkan berasal dari ciri-ciri morfologi dan meristik yang telah diidentifikasi dan bantuan dari buku identifikasi.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan :

1. Ikan yang terdapat di indonesia sangatlah beragam, untuk memudahkan membedakan jenis, dan golongannya maka hal yang dilakukan secara ilmiah yaitu dengan cara pengamatan dan pengkalsifikasian, seperti jenis ikan bandeng (Chanos chanos) yang telah kami identifikasi maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ikan bandeng (Chanos chanos) adalah ikan yang tergolong spesiesnya chanos chanos, klasnya pisces, subklas teleostei, dan ordonya malacopterygii.

2. tanpa buku panduan kunci identifikasi dapat dipastikan pengklasifikasian

ikan tidak akan berjalan dengan baik, dan akan sulit untuk melakukannya.

5.2 Saran

Dengan melihat praktikum yang dilakukan maka saya menyarankan agar dalam praktikum berikutnya pembagian kelompok harus lebih diperbanyak lagi, sehingga semua peraktikam dapat bekerja semua dengan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Achjar,M. 1968. Perikanan Darat. Sinar Baru. Bandung.

Agus. B. 2001. Budidaya ikan dalam Jaring Keramba Apung. Penerbit Knisius: Yogyakarta.

Anonim, 2006. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Untad, Palu

Buchar,R., 1991. Kegiatan Magang Mata Ajaran Iktiologi. IPB, Fakultas Perikanan.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta

Frandson, R.D., 1983. Anatomi dan Fisiologi Ternak. PT Inter Masa, Jakarta.

Fujaya, 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta, Jakarta.

Hardanto, 1979. Perikanan Indonesia, PT Cipta Sari Grafika, Bandung.

http://209.85.175.104/search?q=cache:INYGHHhOvgYJ:ecourse.usu.ac.id content/biologi/ikhtiologi/textbook.pdf+morfologi+ikan+bandeng&hl=id& t=clnk&cd=8&gl=id

Katsowo, 1984. Anatomi Komparativa. Penerbit Alumni, Bandung.

Lalli, 1993. Biological Oceanography: An Introduction. Pergamon Press, Columbia.

Lalli, C.M. & Parson. 1993. Biological Oceanography: An Introduction. Pergamon Press, Columbia.

Lerman, M. 1986. Marine Biology. Environment, Diversity, and Ecology. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.

Mahardono, 1979. Anatomi Ikan. PT Inter Masa, Jakarta.

Mahardono, 1979. Perikanan Indonesia. PT. Cipta Sari Grafika Bandung

Moyle& Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second Edition. Prentice Hall, New Jersey

Murniyati, 2002. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya, Tegal.

Pratignyo, 1984. Mahluk Hidup. Proyek Buku Terpadu, Jakarta.

Rahdianto, 1994. Biologi. Erlangga, jakarta.

Rahardjo, MF dan Muniarti. 1984. Anatomi beberapa jenis Ikan ekonomis penting di Indonesia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Saanin, 1968. Embenihan Bandeng Skala Rumah Tangga. Loka Penelitian

Perikanan Pantai Gondol, Bali.

--------- 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan II. Binatjipta. Bandung.

Sjafei, 1989. Fisiologi Ikan. IPB , Fakultas Perikanan.

Sjafei, 1989. Ihktiologi. IPB Fakultas Periknan, Bogor

Soewasono, 1960. Diktat Skeleton dan Circulation. Diktaten Kring Fakultas Kedokteran, Yogyakarta.

Tjitrosoepomo. 1994. Mahluk Hidup. Erlangga, jakarta

Wirjoatmodjo. 1993. Fresh Water Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar